Thursday, October 4, 2012

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL BAGI PERAWAT
















PENDAHULUAN
Perawat merupakan sebuah profesi yang berorientasi kepada pelayanan dalam bentuk jasa. Pelayanan diberikan kepada klien, baik sebagai individu, keluarga maupun masyarakat. Agar pelayanan yang diberikan paripurna meliputi aspek biologi, psikologi, sosial dan spiritual diperlukan suatu keterampilan manajemen emosi. Keterampilan tersebut lebih dikenal dengan istilah kecerdasan emosional. Emotional Intelligence atau kecerdasan emosional adalah serangkaian kecakapan yang memungkinkan kita membuka hati baik aspek pribadi, sosial dan pertahanan dari seluruh kecerdasan, akal sehat yang penuh misteri dan kepekaan yang penting untuk berfungsi secara efektif. Kecerdasan emosional bukanlah mode atau kecenderungan. Bukan juga sesuatu yang baru seperti yang sering digembor-gemborkan masyarakat melalui berbagai investasinya melalui pelatihan.
Kecerdasan emosional berkembang bersamaan dengan proses tumbuh kembang manusia dalam beradaptasi dan bergaul dengan manusia lain. Ada lima dasar kecerdasan emosional yaitu kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, keterampilan sosial. Perawat sebagai profesi yang berorientasi kepada pelayanan jasa memerlukan suatu keterampilan dalam mengelola emosinya. Keterampilan penguasaan emosi sangat berpengaruh terhadap kinerja. Oleh karena itu Kecerdasan emosional memberikan kontribusi yang bermakna dalam membantu meningkatkan hasil kerja. Hari-hari kerja yang dilalui tanpa menerapkan Kecerdasan emosional dapat menimbulkan kebosanan, kurangnya motivasi dan berbagai emosi lain yang berdampak buruk bagi kinerja dalam hal ini asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien.



KECERDASAN EMOSIONAL 

 

Kecerdasan emosional atau Emotional Intelligence adalah kemampuan memantau dan mengendalikan perasaan-perasaan sendiri dan orang lain, serta menggunakan perasaan-perasaan itu untuk memantau pikiran tindakan. Goleman (2001) merujuk bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengenali emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain. Melalui kecerdasan emosional manusia belajar mengelola perasaannya sehingga dapat mengekspresikannya secara tepat dan efektif. Kecerdasan emosional mencakup pengendalian diri, semangat, dan ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi. Kecerdasan emosional juga dikaitkan dengan kesanggupan untuk mengendalikan dorongan hati dan emosi, mengatur suasana hati dan menjaga agar stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, kemampuan untuk menyelesaikan konflik dan memimpin. Koordinasi suasana hati adalah inti dari hubungan sosial yang baik. Apabila seseorang pandai menyesuaikan diri dengan suasana hati individu lain atau dapat berempati, maka orang tersebut akan memiliki tingkat emosionalitas yang baik dan akan lebih mudah menyesuaikan diri dalam lingkungannya. Kecerdasan emosional menyediakan pemahaman lebih mendalam tentang diri sendiri dan orang lain. Sikap seperti ini dituntut untuk ada dalam setiap perawat. Karena perawat merupakan orang yang paling dekat dengan klien. Goleman mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi, serta mengatur keadaan jiwa. Seandainya perawat tidak mampu menguasai emosinya kemungkinan besar hal ini akan berdampak pada pelayanan atau asuhan keperawatan yang diberikannya.

KOMPONEN DASAR KECERDASAN EMOSIONAL
1. Kesadaran diri, yaitu mengetahui apa yang dirasakan pada suatu kondisi, dan menggunakan perasaan tersebut dalam pengambilan keputusan diri sendiri. Indikatornya realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat.
2. Pengaturan diri, kemampuan menangani emosi sehingga berdampak positif kepada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kepuasan sebelum tercapainya suatu sasaran, mampu pulih kembali dari tekanan emosi.
3. Motivasi, menggunakan hasrat untuk menuju sasaran, menuntun dan membantu dalam mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frutasi.
4. Empati, merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, mampu memahami perspekti mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan bermacam-macam orang.
5. Keterampilan sosial, menjaga emosi ketika berhubungan dengan orang lain dan cermat membaca situasi, berinteraksi dengan lancar, dan menggunakan keterampilan ini untuk mempengaruhi dan memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan, dan untuk bekerja sama dalam tim.

Kelima komponen dasar dari Kecerdasan emosional di atas sudah selayaknya menyatu dalam diri perawat agar asuhan keperawatan yang holistik dan komprehensif dapat terlaksana. Memang tidak semudah membalikkan telapak tangan untuk merealisasikannya. Dengan niat yang tulus untuk memberikan yang terbaik bagi klien tidak mustahil hal di atas dilaksanakan.



PENERAPAN EQ DALAM PEKERJAAN

Martin (2003) menyatakan para pekerja yang berhubungan dengan banyak orang dan menerapkan Kecerdasan emosional dalam pekerjaan terbukti lebih sukses. Sebab mereka lebih berempati, komunikatif, lebih humoris, dan lebih peka akan kebutuhan orang lain. Sebagai perawat, mengapa tidak kita mencobanya?
Beberapa hal berikut ini merupakancara yang dapat dilakukan untuk menerapkan Kecerdasan emosional dalam pekerjaan:
1. Kesadaran diri
1) Kesadaran emosi: Kemampuan mengenali emosi diri dan efeknya terhadap kinerja, dan menggunakan nilai-nilai yang dianut untuk memandu pembuatan keputusan.
2) Penilaian diri secara akurat: Perasaan yang tulus tentang kekuatan dan kelemahan diri, visi yang jelas mengenai apa yang perlu diperbaiki dan kemampuan belajar dari pengalaman.
3) Percaya diri: Suatu keberanian yang datang karena keyakinan akan kemampuan, nilai-nilai dan tujuan diri sendiri.

2. Pengaturan diri
1) Pengendalian diri: Mengelola emosi dan impuls yang merusak dengan efektif.
2) Sifat dapat dipercaya: Memelihara norma kejujuran dan integritas.
3) Kewaspadaan: Bertanggung jawab atas kinerja pribadi.
4) Adaptabilitas: Keluwesan dalam menghadapi perubahan.
5) Inovasi: Bersikap terbuka terhadap gagasan dan informasi terkini.

3. Motivasi 
1) Dorongan berprestasi: Dorongan untuk menjadi lebih baik sesuai dengan standar keberhasilan.
2) Komitmen: Sikap setia kepada visi dan sasaran institusi tempat bekerja.
3) Inisiatif: Merupakan kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan.
4) Optimisme: Kegigihan memperjuangkan sasaran, walaupun ada halangan dan kegagalan.

4. Empati 
1) Memahami orang lain: Mampu mengindera perasaan dan perspektif orang lain, dan menunjukkan minat terhadap kepentingan orang lain.
2) Orientasi pelayanan: Mampu mengantisipasi, mengenali dan berusaha memenuhi kebutuhan orang lain.
3) Mengembangkan orang lain: Mampu merasakan kebutuhan perkembangan orang lain dan berusaha menumbuhkan kemampuan mereka.
4) Memanfaatkan keragaman: Menumbuhkan peluang melalui pergaulan dengan bermacam-macam orang.

5. Keterampilan sosial
1) Pengaruh: Memiliki taktik-taktik untuk melakukan persuasi.
2) Komunikasi: Kemampuan mengirimkan pesan yang jelas dan meyakinkan.
3) Kepemimpinan: Membangkitkan inspirasi dan memandu kelompok dan orang lain.
4) Manajemen konflik: Merupakan kemampuan negosiasi dan pemecahan silang pendapat.
5) Kolaborasi dan kooperatif: Kemampuan bekerjasama dengan orang lain demi tujuan bersama.
6) Kemampuan tim: Kemampuan menciptakan sinergi kelompok dalam memperjuangkan tujuan bersama.



REFERENSI

Agustian, Ary Ginanjar. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual. Jakarta: Penerbit Arya.
Goleman, Daniel. Working With Emotional Intelligence. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.
Goleman, Daniel. Emotional Intelligence: Mengapa EI Lebih Penting daripada IQ. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.
Martin, Anthony Dio. Emotional Quality Management. Jakarta: Penerbit Arga.
Stein, Steven J & Book, Howard E. Ledakan EQ: Prinsip Dasar Kecerdasan Emosional Meraih Sukses. Bandung: Penerbit Kaifa.